1.
Pallawa
Tongkonan adalah rumah adat masyarakat Toraja.
Atapnya melengkung menyerupai perahu, terdiri atas susunan bambu (saat ini
sebagian tongkonan menggunakan atap seng). Di bagian depan terdapat deretan
tanduk kerbau. Bagian dalam ruangan dijadikan tempat tidur dan dapur. Tongkonan
digunakan juga sebagai tempat untuk menyimpan mayat. Tongkonan berasal dari
kata tongkon (artinya duduk bersama-sama). Tongkonan dibagi berdasarkan
tingkatan atau peran dalam masyarakat (stara sosial Masyarakat Toraja). Di
depan tongkonan terdapat lumbung padi, yang disebut ‘alang‘. Tiang-tiang
lumbung padi ini dibuat dari batang pohon palem (bangah) saat ini sebagian
sudah dicor. Di bagian depan lumbung terdapat berbagai ukiran, antara lain
bergambar ayam dan matahari, yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara.
Tongkonan Pallawa adalah salah satu tongkonan
yang berada di antara pohon-pohon bambu di puncak bukit. Tongkonan tersebut
didekorasi dengan sejumlah tanduk kerbau yang ditancapkan di bagian depan rumah
adat. Terletak sekitar 12 Km ke arah utara dari Rantepao.
2.
Londa
Londa adalah bebatuan
curam di sisi makam khas Tana Toraja. Salah satunya terletak di tempat yang
tinggi dari bukit dengan gua yang dalam dimana peti-peti mayat diatur sesuai
dengan garis keluarga, di satu sisi bukit lainya dibiarkan terbuka menghadap
pemandangan hamparan hijau. Londa terletak de Desa Sendan Uai, Kecamatan
Sanggalai, sekitar 5 Km ke arah selatan dari Rantepao, Tana Toraja.
3.
Batu Tumonga
Di kawasan ini anda
dapat menemukan sekitar 56 batu menhir dalam satu lingkaran dengan 4 pohon di
bagian tengah. Kebanyakan batu menhir memiliki ketinggian sekitar 2 – 3 meter.
Dari tempat ini anda dapat melihat keindahan Rantepao dan lembah sekitarnya.
Terletak di daerah Sesean dengan ketinggai 1300 Meter dari permukaan laut.
4.
Lemo
Lemo merupakan sebuah
kuburan yang dibuat di bukit batu. Bukit ini dinamakan Lemo karena bentuknya
bulat menyerupai buah jeruk (limau). Di bukit ini terdapat sekitar 75 lubang
kuburan dan tiap lubangnya merupakan kuburan satu keluarga dengan ukuran 3 X 5
M. Untuk membuat lubang ini diperlukan waktu 6 bulan hingga 1 tahun dengan
biaya sekitar Rp. 30 juta. Tempat ini sering disebut sebagai rumah para arwah.
Di pemakaman Lemo anda dapat melihat mayat yang disimpan di udara terbuka, di
tengah bebatuan yang curam. Kompleks pemakaman ini merupakan perpaduan antara
kematian, seni dan ritual. Pada waktu-waktu tertentu pakaian dari mayat-mayat
akan diganti dengan melalui upacara Ma Nene. Kuburan Batu Lemo ini terletak di
sebelah utara Makale, Kabupaten Tana Toraja.
0 komentar:
Posting Komentar